Selain diproduksi menjadi gula cetak,
saat ini gula kelapa juga mulai dikembangkan dalam bentuk serbuk atau
kristal. Biasanya gula kelapa serbuk ini dikenal masyarakat dengan nama
gula semut atau gula kristal. Tak seperti gula cetak pada umumnya,
tekstur serbuk pada gula semut membuatnya dapat bertahan lama dalam
jangka waktu yang cukup lama, yakni hingga dua tahun tanpa mengalami
perubahan warna dan rasa jika dibungkus dalam ruangan kedap udara.
Bukan hanya itu saja kelebihan yang
dimiliki gula semut, ada banyak manfaat yang terkandung dalam serbuk
gula semut sehingga banyak masyarakat yang mulai mengkonsumsinya untuk
kepentingan kesehatan. Bahkan warga negara asing pun rela berlomba-lomba
mengimpor gula semut dari Indonesia untuk memenuhi keperluan mereka
sehari-hari.
Melihat permintaan pasarnya yang masih
sangat tinggi, tidak ada salahnya bila Anda memanfaatkan celah tersebut
untuk mendatangkan keuntungan besar setiap bulannya dari peluang bisnis
gula semut.
Target Pasar
Advertisement
Sekarang ini pengrajin gula semut skala
rumahan sudah mulai bermunculan di pelosok Indonesia. Beberapa sentra
industri gula semut yang cukup terkenal antara lain dari Kabupaten
Banyumas, Banjarnegara, dan Kabupaten Lebak, Banten. Tidak hanya pasar
lokal saja yang mereka sasar, namun beberapa diantaranya mulai merambah
pasar ekspor ke mancanegara.
Seperti misalnya tahun lalu sebanyak 380
pengrajin gula semut di Banjarnegara telah tersertifikasi dan setiap
bulannya mampu menghasilkan sekitar 15 ton gula semut untuk selanjutnya
diekspor ke Amerika dan pasar Eropa. Petani gula semut di Semarang juga
mendapatkan pesanan 200 ton per bulan untuk dikirim ke Turki, ada juga
pelaku bisnis gula semut dari Kabupaten Lebak, Banten, yang tiap
bulannya mengirimkan 20 – 30 ton gula semut ke pasar Australia karena
tingginya permintaan masyarakat di negara kangguru tersebut.
Info Bisnis Gula Semut
Popularitas gula semut saat ini telah
mendunia. Di pasar bebas, gula semut disebut juga sebagai brown sugar,
palm sugar, palm zuiker, atau powdered coconut sugar. Saat ini
permintaan terhadap gula semut terus mengalami peningkatan dari waktu ke
waktu, padahal di Indonesia sendiri produk gula semut hampir seluruhnya
dihasilkan oleh industri rumah tangga dan pelaku usaha kecil menengah
(UKM)
Dinamakan gula semut karena bentuk dari
gula ini sangat mirip dengan rumah semut yang bersarang di tanah.
Umumnya bahan dasar yang digunakan untuk membuat gula semut adalah nira
yang berasal dari pohon kelapa, siwalan ataupun pohon aren. Gula semut
yang berkualitas bagus biasanya berwarna kuning cerah, memiliki aroma
khas kelapa yang kuat dan ukuran kristalnya juga seragam serta bersifat
kering.
Proses pembuatan gula semut pada
dasarnya tidak berbeda dengan cara produksi gula cetak, yakni melalui
proses pengambilan air nira yang dilakukan oleh penderes kelapa (sebutan
petani nira). Untuk bisa menghasilkan gula semut setidaknya dibutuhkan
waktu sekitar 4 jam hingga air nira benar-benar siap untuk dibuat gula
semut.
Berikut ini adalah prosedur standar yang perlu dilakukan pada proses pembuatan gula semut:
- Penyaringan nira dengan bantuan saringan 150 mesh
- Pastikan standarisasi pH nira sekitar 6.5
- Pemanasan nira dalam wajan stainless sampai benar-benar mengental sambil terus diaduk
- Pengadukan dengan intensitas yang lebih cepat perlu dilakukan setelah suhu mencapai 120 0 Biasanya kondisi ini ditandai dengan munculnya buih atau gelembung yang lebih banyak dan kecil-kecil.
- Setelah suhu mencapai 125 0C perlu dilakukan pengecilan api pada kompor. Proses ini umumnya ditandai dengan terbentuknya kristal pada bagian pinggir wajan penggorengan, sambil terus dilakukan pengadukan secara cepat.
- Proses pemanasan mulai dihentikan dan wajan penggorengan bisa diangkat dari atas kompor.
- Pengadukan secara cepat tetap dilanjutkan hingga terbentuk kristal gula semut.
- Pengayakan kristal menggunakan ukuran 10 mesh dan 18 mesh
- Terakhir keringkan pada suhu 600C selama 2 jam (hingga kadar air kurang dari 3 %)
- Kemas dengan packaging produk yang menarik dan gula semut pun siap dipasarkan.
Sebagai catatan, bila di daerah Anda
tidak ditemukan nira sebagai bahan bakunya dan Anda juga tidak memiliki
banyak waktu maupun tenaga untuk memproduksi sendiri gula semut, Anda
bisa bekerjasama dengan para petani gula ataupun pengrajin gula semut
yang ada di sekitar Anda untuk kemudian memasarkan produknya dengan cara
mengemas ulang dengan packaging produk yang lebih menarik.
Keuntungan Bisnis Gula Semut
Tingginya permintaan produk gula semut
ternyata belum bisa dibarengi dengan besarnya kapasitas produksi para
petani. Sampai saat ini para pelaku bisnis gula semut masih menggunakan
cara tradisional dalam proses produksinya. Mulai dari mengambil air nira
dari pohonnya langsung yang tingginya kira-kira mencapai 30 meter, dan
bukan hanya satu pohon yang dipanjat melainkan sekitar 25 pohon pada
pagi hari dan kembali menyadap air nira pada sore hari. Proses
produksinya pun memakan waktu yang cukup lama karena harus dimasak dan
dikeringkan secara manual.
Disamping itu, kendala lain yang
dihadapi pelaku UKM yaitu belum bisa konsisten dalam menjaga kualitas
produk. Tak bisa kita pungkiri bahwa salah satu kendala yang sering
dihadapi para pelaku industri rumahan atau pelaku usaha kecil menengah
(UKM) yaitu belum memiliki quality control yang bagus sehingga kualitas produk yang dihasilkan belum bisa konsisten. Tentu kondisi ini cukup menyulitkan UKM, apalagi market yang dibidik adalah pasar luar negeri.
Strategi Pemasaran
Kendati keberadaaan gula semut di pasar
dalam negeri belum begitu dikenal masyarakat. Namun siapa sangka bila
gula semut ini menjadi salah satu produk komoditas ekspor yang bernilai
jual cukup tinggi dengan jangkauan pasar yang terbilang luas yakni
meliputi Taiwan, Jepang, Australia, Amerika, Turki, hingga Eropa.
Selama ini untuk mendapatkan calon buyer dari
luar negeri, para pelaku bisnis gula semut aktif mengikuti berbagai
macam pameran produk yang diselenggarakan pihak pemerintah maupun
swasta. Strategi pemasaran inilah yang kemudian mendorong gula semut
diprioritaskan untuk pasar ekspor.
Selanjutnya untuk memperkenalkan produk
gula semut di pasar lokal, para pelaku UKM bisa mulai menciptakan
inovasi baru seperti misalnya membuat gula semut dengan beberapa varian
rasa. Contohnya gula semut rasa jahe, kunyit, temulawak, ginseng, dan
lain sebagainya sehingga konsumen mulai tertarik dengan produk tersebut.
Dan untuk mengedukasi pasar, Anda bisa menitipkannya di toko oleh-oleh,
swalayan, toko produk herbal, atau bisa juga memanfaatkan media online
untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Kunci Sukses
Melihat kapasitas produksi gula semut di
Indonesia belum mampu memenuhi permintaan pasar dunia, yang perlu
dilakukan UKM tentu tidak hanya meningkatkan kualitas produk namun juga
menambah kapasitas produksi gula semut setiap harinya. Untuk peningkatan
kualitas produk dapat dilakukan dengan quality control baik
dari segi warna dan rasa gula, menambahkan produk dengan kemasan yang
menarik, dan yang terpenting melengkapi produk dengan izin resmi dari
dinas terkait, seperti misalnya izin BPOM, maupun halal MUI. Hal ini
penting agar produk bisa lolos pasar ekspor.
Sedangkan untuk meningkatkan kapasitas
produksi, Anda bisa mulai menggandeng para petani nira (penderes) di
berbagai daerah untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.
Pasalnya saat ini masih banyak petani gula di daerah pelosok Indonesia
yang kesulitan mendapatkan pasar, karena kebanyakan dari mereka hanya
fokus untuk produksi. Yang terpenting jangan lewatkan proses quality control agar setiap produk yang disetor dari para petani gula, memehui standar kelayakan produk yang Anda tetapkan.
Analisa Ekonomi
Asumsi Repackaging (mengemas ulang) gula semut dari petani gula Harga jual gula semut Rp 20.000,00/ 250 gram Modal awal Hand sealer (mesin pengemas) Rp 350.000,00 Box container plastik Rp 200.000,00 Kemasan Stand-Up Pouch (1.000 pcs) Rp 500.000,00 Stok awal gula semut curah (50 kg) Rp 2.000.000,00 Total modal awal Rp 3.050.000,00 Penyusutan Alat selama 3 tahun Penyusutan Hand sealer Rp 350.000,00 x 1/36 = Rp 9.722,00 Box container plastic Rp 200.000,00 x 1/36 = Rp 5.555,00+ Total penyusutan = Rp 15.277,00/ bulan Biaya Operasional Per Bulan Kulakan gula semut selama 1 bulan Rp 40.000,00 x 200 kg Rp 8.000.000,00 Kemasan dan label produk (1.000 pcs) Rp 500.000,00 Listrik dan transportasi Rp 500.000,00 Biaya penyusutan alat Rp 15.277,00+ Total pengeluaran per bulan Rp 9.015.277,00 Omzet Per Bulan Penjualan gula semut : Rp 20.000,00 x 700 pack = Rp 14.000.000,00 Laba Bersih Per Bulan Rp 14.000.000,00 - Rp 9.015.277,00 = Rp 4.984.723,00 ROI (Return of Investment) Modal awal : Laba bersih per bulan = < 1 bulan
Setelah mendapatkan informasi seputar peluang bisnis gula semut, kini giliran Anda untuk segera mempraktekkannya langsung di lapangan dan kantongi untung besar setiap bulannya