5 Penyebab Merantau Tradisi Minangkabau Dan Manfaatnya Dalam Membentuk Pola Pikir Wirausaha

5 Penyebab Merantau Tradisi Minangkabau Dan Manfaatnya Dalam Membentuk Pola Pikir Wirausaha

Menurut Wikipedia merantau adalah perginya seseorang dari tempat asal dimana ia ia tumbuh besar ke wilayah lain untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman. Banyak faktor yang menye-babkan seseorang merantau, diantara karena faktor ekonomi, faktor alam, faktor pendidikan, bahkan ada juga karena faktor tradisi atau budaya. Namun faktor paling dominan yang menyebabkan kebanyakan orang untuk merantau adalah karena permasalahan ekonomi. Dalam hal ini merantau dianggap memberikan harapan untuk kehidupan yang lebih baik di tempat yang dituju.Merantau atau hijrah bisa dilakukan siapa saja dan kapan saja terutama yang sering kita lihat adalah perginya orang orang dari desa atau kampung menuju Jakarta untuk mencari pekerjaan dan penghasilan yang nantinya digunakan untuk meningkatkan taraf hidupnya di kampung atau desa asalnya. 

Tradisi merantau atau hijrah juga melekat erat dengan masyarakat Minangkabau. Suku Minangkabau mendiami hampir seluruh wilayah provinsi Sumatera Barat dengan penduduk-nya yang sudah tersebar ke seluruh wilayah di Indonesia. Seperti di wilayah lainnya, adat dan tradisi Minangkabau telah banyak mengalami perubahan karena dianggap tidak dapat memenuhi tuntutan dan perkembangan zaman. Tetapi ada satu tradisi yang hingga sekarang tetap dipercaya dan dipegang teguh oleh masyarakat Minangkabau, yaitu tradisi merantau.

Merantau dalam budaya Minangkabau merupakan keharusan, khususnya kepada para pemuda jika ia ingin dipandang dewasa dalam masyarakat. Masyarakat Minang menganggap bahwa laki-laki remaja hingga pemuda yang belum menikah dan tidak pergi merantau sebagai orang-orang yang penakut dan tidak bisa hidup mandiri. Dikatakan penakut karena tidak mau atau tidak berani mencoba kehidupan baru di luar daerah Minang. Sedangkan tidak bisa hidup mandiri disebabkan karena ketergantungan terhadap saudara atau sanak keluarga di daerah Minang.

Merantau yang dilakukan orang Minangkabau tentu disebabkan karena hal-hal ter-tentu. Adapun penyebab tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Faktor Sistem Matrilineal
Merantau dalam tradisi Minangkabau dipercaya timbul karena adanya sistem mat-rilineal. Sistem ini masih dipertahankan hingga sekarang. Sistem matrilineal Minangkabau hanya memberikan harta pusaka atau hak waris kepada pihak perempuan, sedangkan pihak laki-laki hanya memiliki hak yang kecil. Hal inilah yang menyebabkan kaum pria Minang memilih untuk merantau. Namun perempuan minang pada masa sekarang juga telah banyak pergi merantau.
  1. Faktor Budaya
Pepatah Minang mengatakan “Karatau tumbuah dihulu, babuah babungo alun, marantau bujang dahulu, dirumah baguno alun”. Pepatah ini menegaskan bahwa anak laki-laki yang masih bujangan atau belum menikah tidak mempunyai peranan atau posisi dalam adat. Keputusan dalam keluargapun tidak bisa diputuskan oleh anak tersebut. Hal ini dikarenakan anak dianggap belum memiliki pengalaman. Oleh sebab itu, si anak harus mencari pengalaman dengan cara pergi merantau. Para orang tua sebenarnya menyadari hal ini. Terbukti dengan adanya ajakan dan anjuran orang tua kepada anak remaja Minangkabau untuk pergi merantau. Bahkan ada orang tua yang memaksa agar anak remajanya merantau sejauh-jauhnya dari wilayah Minangkabau sebab ada pandangan bahwa semakin jauh tempat perantauan, maka pengalaman hidup yang didapatkan juga semakin banyak sehingga si anak semakin berguna dalam masyarakat ketika ia kembali.
  1. Faktor Ekonomi
Faktor lainnya adalah karena permasalahan ekonomi. Sebagaimana diketahui bahwa jumlah penduduk selalu bertambah dan tidak diiringi dengan penambahan lapangan kerja. Hal tersebut juga terjadi di Minangkabau. Di Minangkabau, kaum laki-laki akan merasa sangat malu jika tidak bisa bekerja. Oleh sebab itu, agar tidak di sebut sebagai pemalas, maka kebanyakan kaum laki-laki yang masih bujangan bekerja membantu orang tua. Umumnya masyarakat Minangkabau berprofesi sebagai petani dan/atau pedagang. Hasil dari tani bia-sanya dijual sendiri ke pasar.
Seiiring meningkatnya kebutuhan, para kaum laki-laki merasa bahwa mereka hanya menambah beban orang tua. Membantu bekerja di kebun atau di sawah tidak lagi bisa men-cukupi kebutuhan mereka, apalagi membantu ekonomi keluarga. Lalu, kaum laki-laki akan berpikir untuk mencari pekerjaan baru agar tidak terus-terusan bergantung pada orang tua. awalnya pekerjaan yang dicari biasanya berkisar di daerah tempat tinggal. Tetapi, karena per-masalahan pertambahan penduduk dan lapangan pekerjaan, maka merantau merupakan solusi satu-satunya. Dengan merantau, diyakini bahwa permasalahn ekonomi bisa teratasi.
  1. Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam masyarakat Minangkabau, ter-utama pendidikan Agama Islam. Adanya hukum ”adat basandi sara’, sara’ basandi kita-bullah mempertegas bahwa masyarakat Minang harus menguasai pengetahuan dalam Islam. Namun keterbatasan tingkat pendidikan yang ada di daerah Minang, memaksa orang-orang yang ingin menuntut ilmu untuk pergi keluar dari wilayah Minang.
  1. Malanjutkan Kesuksesan Para Perantau Sebelumnya
Adanya cerita orang-orang terdahulu yang sukses dalam perantauan merupakan moti-vasi tersendiri yang mendorong terjadinya tradisi merantau di dalam masyarakat Minang. Sebut saja misalnya kesuksesan Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang menjadi imam Masjid Al-Haram. Muncul kebanggan tersendiri pada setiap masyarakat Minang khususnya pemuda untuk meneruskan kesuksesan yang pernah di raih pendahulunya tersebut.
Dari uraian diatas, diketahui bahwa konsep merantau bagi masyarakat Minangkabau berbeda dengan  merantau yang dilakukan masyarakat daerah lainnya. Di daerah lain, faktor utama yang meyebabkan seseorang merantau adalah karena permasalahan ekonomi. Pada masyarakat Minang, merantau bukan hanya semata-mata untuk memperoleh kekayaan, atau memperoleh kehidupan yang lebih baik dibidang ekonomi saja, tetapi yang diutamakan masyarakat Minang dalam merantau adalah penemuan jati diri, pengalaman dan nilai-nilai hidup yang tidak didapatkan di daerah asal. Jadi ketika kembali ke tanah kelahiran, si pe-rantau benar-benar telah siap secara mental dan sikap untuk hidup bersama masyarakat.

Terlepas dari faktor faktor diatas, merantau membawa manfaat besar dalam membentuk pola pikir wirausaha. Pola ini terbentuk seiring dengan niat dan kegigihan dalam memperjuangkan kehidupan yang lebih menjanjikan. Disamping itu beberapa prinsip pribadi yang ingin bebas menentukan  usaha pilihannya tidak terkekang oleh egoisme keluarga, malu kepada tetangga dan teman teman sejawat serta bisa mengukur secara obyektif kemampuannya sendiri di hutan belantara perantauan adalah potensi yang bisa dimanfaatkan untuk membentuk pola pikir wirausaha mandiri.

Sejuta pengalaman akan didapat dengan sendirinya dan dari pengalaman tersebut bisa digunakan untuk menentukan usaha yang pas dengan passion yang dimilikinya. Biasanya dulu passion ini masih berpengaruh tradisi dan etnisnya. Seperti suku Minangkabau dengan usaha rumah makan minangnya. Namun seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, saat ini suku tidak lagi menjadi ciri khas sebuah usaha. banyak rumah makan Padang  yang tidak dimiliki oleh orang minang. Yang penting adalah jika ada peluang usaha yang menjanjikan keuntungan disitulah akan muncul usaha baru.

Kesimpulannya, membentuk pola pikir wirausaha dengan cara merantau bisa meningkatkan produktifitas diri, tidak malas, optimis terus dalam menatap masa depan. Buahnya adalah ketika pulang kampung dan bertemu sanak keluarga bisa membawa kebahagiaan tersendiri atas jerih payah yang selama ini dilakukan ditanah rantau.

Demikian artikel kali ini semoga bermanfaat, jadilah perantau yang baik.
Advertisement

Baca juga:

------------- READ NEXT -------------