Dalam membangun sebuah bisnis terkadang
juga dibutuhkan keberuntungan untuk bisa meraih sukses. Namun
keberuntungan tersebut hanya akan bisa muncul dengan adanya usaha yang
kita lakukan. Seperti yang dialami oleh seorang pengusaha kuliner
bernama Mike Ragnar.
Pengalamannya mengelola bisnis restoran
selama beberapa tahun, nyatanya belum bisa memastikan bahwa usahanya
tersebut dapat berjalan dengan mulus. Di tahun ke-8 membuka usaha
restoran yang fokus menggarap beberapa menu kuliner asing seperti
burger, ia sempat dihadapkan pada pilihan untuk menutup usahanya
tersebut. Hal ini tidak terlepas dari beratnya masa krisis yang dialami
oleh Mike ketika awal mula mendirikan usaha.
Dan di tahun kedelapan, sebuah
“mukjizat” terjadi. Secara tidak sengaja dirinya menemukan sebuah menu
yang justru menyelamatkan usahanya dari jurang kehancuran. Menu yang
diberi nama Burger Buto tersebut menjadi penyelamat karena mampu menarik
menarik minat para pengunjung Kedai 27, restoran yang telah lama bina.
Selengkapnya tentang kisah dan perjuangan Mike Ragnar hingga mampu
melahirkan produk kuliner favorite, Burger Buto khas Kedai 27 bisa
rekan-rekan simak pada artikel di bawah ini.
Berusaha Bertahan di Tengah Masa Sulit
Seperti yang telah disampaikan
sebelumnya, Mike Ragnar memang telah memulai usaha Kedai 27 sejak
beberapa tahun yang lalu. Restoran yang berada di kota Malang tersebut
memang awalnya sudah cukup terseok-seok saat mendirikan usaha.
Permasalahan modal dan juga sulitnya bersaing dengan restoran lain
menjadi alasan utama mengapa bisnis kedai 27 terus mengalami kemunduran.
Puncaknya yakni di tahun ke 8 membuka
usaha, kala Itu pilihannya Mike harus segera mencari inovasi untuk
menyelamatkan bisnis atau merelakan kedai 27 ditutup selamanya. Di
posisi yang terjepit ini, justru akhirnya ia menemukan harapan besar
ketika terbesit ide untuk menelurkan menu baru. Menu dadakan tersebut
adalah Burger Buto yang kini dikenal sebagai salah satu kuliner andalan
di kota Malang.
Lahirnya Menu Burger Buto
Tidak seperti menu lain yang dipikirkan
secara detil mulai awal pembuatan, Burger Buto pertama kali justru lahir
karena ketidaksengajaan dan sedikit rasa putus asa. Kala itu sang
pemilik kedai berfikir bahwa dalam keadaan yang serba sulit,
mengeluarkan sebuah menu sebagai “senjata terakhir” nampaknya menjadi
pilihan yang terbaik. Membuat menu burger dalam ukuran yang jumbo,
lantas dia langsung perkenalkan pada beberapa pengunjung kedai 27.
“Jual aja lah siapa tau Ada yang mau,“ kenang Mike.
Setelah menu tersebut diperkenalkan,
Mike mengaku bahwa tidak melakukan strategi promosi ataupun perkenalan
yang terlalu berlebihan. ia hanya memajang menu tersebut di kedai dan
juga menawarkan pada berapa kenalan.
Namun yang terjadi justru di luar
dugaan. Menu Burger Buto perlahan banyak dilirik oleh konsumen karena
keunikannya. Yang utama tentu dari segi ukuran, burger raksasa ini akan
nampak sangat unik dan berbeda dengan menu burger lainnya yang ada di
kota Malang.
Perlahan, nama Burger Buto terus
tersebar hingga ke seantero Malang. Hal ini menjadikan Kedai 27 seakan
mendapat angin segar untuk memulai kesempatan kedua meneruskan nafas
usaha. Bahkan setelah berjalan beberapa waktu, kini Kedai 27 justru
mampu bangkit dari keterpurukan tari menjadi salah satu destinasi
kuliner favorite yang banyak dikunjungi masyarakat tidak hanya ada di
kota Malang bahkan hingga dari luar Malang.
Kiat Bisnis Mike Ragnar
Sehubungan dengan bisnis yang ia
jalankan dan juga pengalaman naik turunnya usaha yang telah ia kecap,
Mike Ragnar mempunyai beberapa tips atau kiat bisnis yang bisa
diterapkan oleh para pengusaha utamanya yang bergelut di bidang kuliner.
Kiat yang pertama adalah untuk selalu
fokus dan perusahaan. Ketika masa sulit usahanya terjadi, Mike bahkan
pernah sampai menjajakan burger secara berkeliling. Hal ini dilakukan
untuk menutup biaya operasional dari restoran yang dijalankan. Namun
karena tetap fokus dan berusaha menjalankan alternatif pemasaran
tersebut, justru menjadi celah bagi masyarakat untuk lebih mudah
mengenal produk Kedai 27.
Selain itu kiat yang bisa diterapkan
adalah, memfokuskan pada harga yang bersaing. Harga yang bersaing
tidaklah selalu diidentikkan dengan harga murah. Harga bersaing,
merupakan harga yang masih dinilai wajar namun tetap bisa menjadi
pertimbangan bagi konsumen untuk memilih produk bisnis kita. Seperti
yang dijalankan oleh Kedai 27, hanya dengan uang sebesar Rp10.000,
konsumen sudah bisa menikmati sebuah Burger Buto dalam ukuran yang
“memuaskan”.
Dan yang terakhir, ia menitipkan pesan
bagi para pengusaha untuk bisa menerapkan keiklasan, rasa syukur dan
terus berdoa agar usahanya tersebut bisa berjalan dengan baik.
“Saya berangkat dari nol, saya tidak berpikir tentang keuntungan, saya merasakan cukup saat ini.” ucapnya.
Advertisement