Ide mendirikan usaha kadang datang dengan sendirinya. Datangnya
bak cahaya yang langsung jatuh ke kepala. Begitu kiranya yang dialami
wanita 63 tahun asal Kampung Gandekan, Jebres, Solo, ini.
18 tahun yang lalu, Sumarsi tengah senang-senangnya menjahit.
Keahlian jahit yang ia pelajari dari saudaranya, Sumarsi pakai untuk
menjahit kain apapun. Kadang ia membantu saudaranya menjahit baju
pesanan, kadang pula hanya sekedar mengisi waktu senggang.
Suatu waktu tak sengaja Sumarsi melihat tumpukan kain perca di rumah
saudaranya. Biasanya Sumarsi tak peduli, tapi kali ini lain. Sumarsi
memperhatikan dengan seksama, sembari berpikir mau dijadikan apa
tumpukan kain perca itu.
Tak menunggu berapa lama, ide sederhana pun muncul. Hobinya menjahit
bisa dipakainya menyusun kain perca menjadi berbagai macam produk.
Alhasil, ia membuat bed cover, tas perca, selimut, sarung bantal, dan
barang lainnya hanya bermodal kain perca.
Di tahun yang sama, Sumarsi pun mendirikan sendiri usaha konveksinya,
yang ia beri nama MS Collection dan berfokus pada usaha kerajinan kain
perca. “Awal mula saya buat bed cover. Ya memang tak sebagus sekarang,
namun itulah awal sejarah saya mendirikan usaha ini,” ungkapnya,
Perjalanan Panjang yang Tak Kenal Lelah
Meski usia Sumarsi tak lagi muda, ia masih bersemangat menyusun kain
perca satu per satu. Bermodal mesin jahit kesayangannya, ia pun dengan
rapi dan teliti membuatnya menjadi macam-macam produk kerajinan. Namun,
di balik itu semua ternyata ibu empat anak itu menyimpan kisah
perjuangan tak kenal lelah.
Sumarsi menemukan marketnya dengan berbagai cara, mulai door to door
hingga mengikuti komunitas pengusaha wanita, sambil belajar membangun
usaha kerajinan kain perca tersebut. Meski usianya kalah jauh dengan
teman-teman di komunitasnya, namun ia tetap percaya diri. Tak jarang ia
ikuti pameran ke luar kota, bahkan luar negeri, meski fisik tak lagi
sekuat dulu.
Diakui Sumarsi, berteman dengan banyak orang dengan berbagai latar
belakang yang berbeda, membantunya dalam membesarkan usaha. Selain
pameran ke sana kemari, ia pun lebih tahu ceruk pasar untuk produknya.
Kalau pameran mulai berkurang, Sumarsi pun mengirim produknya ke Pasar
Klewer. Sampai sekarang pun ia masih menyetor ke sana.
Kurang puas, ia kembangkan lagi dengan mendirikan stand di Night Market
Ngarsopuro, tempat berbagai usaha kerajinan bertemu dengan peminatnya.
Selain itu, ia tak mau kalah dengan pengusaha muda lainnya. Ia rambah
dunia online dengan menawarkan produknya ke berbagai toko online,
marketplace, maupun sosial media.
Pesanan Membludak lewat toko online
Semua dilakukannya sendirian sampai beberapa tahun terakhir ia pun
dibantu anaknya karena pesanan yang membludak. Ia sempat ceritakan pula
banyak buyer luar negeri yang menginginkan produknya. “Itu semua karena
cerita usaha MS Collection di online. Ada yang tahu lewat toko online,
ada pula yang tahu lewat liputan media,” akunya.
Saat ini Sumarsi sudah mampu memesan kain perca di konveksi
langganannya. Dalam sebulan ia mampu membuat puluhan bahkan ratusan bed
cover dengan bantuan dari beberapa rekan kerja. Selain bed cover, ia
buat pula sarung bantal, selimut, berbagai macam tas, yang semua dijual
dengan kisaran harga puluhan hingga ratusan ribu.
Ia juga sering menggunakan motif segitiga, layar, dan kupu-kupu.
Khusus untuk bed cover ia sediakan dua pilihan bahan, yakni busa biasa
dan dakron. Keduanya dihargai berbeda sesuai dengan selera dan ukuran
produk.
Selain fokus membuat kerajinannya, Sumarsi ternyata memberi inspirasi
bagi beberapa tetangganya. Total ada sekitar tiga orang warga Gandekan
yang ingin mengikuti jejak sukses Sumarsi. “Kami tak pernah bersaing,
malah sering berkumpul dan saling bantu. Dan akhirnya kami berada dalam
satu payung usaha bernama Putrigandes,” tutup Sumarsi yang pernah
menjadi ketua kelompok tersebut.
Advertisement