Menekuni di bisnis kue kering sejak umur 21 tahun, Jodi Janitra kini sukses meraup omzet ratusan juta rupiah setiap bulan. Dengan mendirikan PT Bonli Cipta Sejahtera, kini ia mengelola dan memasarkan lima brand kue kering ciptaannya
Kelima merek produknya adalah Ina Cookies, Kersen Cookies, JnC Cookies, La Difa Cookies, dan Valya. Untuk Los Angeles Difa dan Valya membidik segmen Pinnacle fee. Bahkan kedua emblem itu juga sudah diekspor ke Malaysia, Hong kong, dan Kanada.
Omzet rata–rata Rp 120 juta. namun, saat ada hari hari besar seperti natal, imlek, dan lebaran, omzetnya bisa mencapai Rp 200 juta.
Kelima merek produknya adalah Ina Cookies, Kersen Cookies, JnC Cookies, La Difa Cookies, dan Valya. Untuk Los Angeles Difa dan Valya membidik segmen Pinnacle fee. Bahkan kedua emblem itu juga sudah diekspor ke Malaysia, Hong kong, dan Kanada.
Omzet rata–rata Rp 120 juta. namun, saat ada hari hari besar seperti natal, imlek, dan lebaran, omzetnya bisa mencapai Rp 200 juta.
sejak awal terjun ke bisnis ini, jodi sudah bertekad menjadikan bisnis
kue keringnya sebagai bisnis sepanjang tahun. walaupun sebenarnya tidak ada momen
hari-hari besar, seperti lebaran atau natal.
Berbekal tekad dan semangat itu pula, usaha kue keringnya bisa eksis sepanjang masa dengan omzet ratusan juta per bulan. sebagai wirausahawan sukses, Jodi memang memiliki semangat pantang menyerah dalam membesarkan bisnis kuenya. Jodi juga tak ragu memulai bisnis ini walaupun saat itu minim pengalaman dan tak pernah mengenyam pendidikan tata boga sama sekali
Jodi mengaku tidak begitu berhasil menekuni jenjang pendidikan formal. ia sempat dua kali berhenti sekolah karena memang tidak memiliki keinginan melanjutkan pendidiknnya. "saya sempat mengenyam bangku kuliah di Universitas Widyatama Bandung, lagi-lagi, saya dikeluarkan, " katanya.
Jodi yang kini berusia 27 tahun mulai merintis bisnis tahun 2008. bagi Jodi, bisnis kuliner sudah menjadi bagian dari kehidupannya sehari hari. karena, orangtuanya puluhan tahun sudah menekuni bisnis ini.
Jodi bercerita, mula-mula orangtuanya mencoba peruntungan dengan menjual jahe gajah, tapi bangkrut di tahun 1993. semenjak itu, orangtuanya mencoba berbagi usaha kuliner lainnya, seperti menjajakan gado-gado, molen, hingga roti keliling.
menurut Jodi, bisnis orangtuanya itu hanya jalan di tempat. ia teringat masa kecilnya selalu makan roti setiap hari karena banyaknya roti yang tidak habis terjual.
Kondisi itu membuatnya untuk termotivasi menekuni bisnis yang sama dengan orangtuanya. "pas saya tamat SMA, saya bertekad untuk membuka usaha yang lebih serius lagi," seperti yang disampaikan pria kelahiran 7 Januari 1987 ini.
Tetapi, keinginan itu sempat belum terlaksana lantaran orangtua memaksanya kuliah di sekolah tinggi pariwisata di Bandung Jurusan patiseri. Hanya beberapa bulan, Jodi dikeluarkan dari sekolahnya. "karena saya tidak memiliki minat di bidang itu," ujarnya.
Setelah berhenti kuliah, Jodi hanya membantu mengelola kafe milik keluarga dengan nama Bober Cafe. Setelah di tahun 2008, Ia memulai usaha bisnis kue kering walaupun saat itu, ia sama sekali tidak bisa membuat kue kering.
Untungnya orangtua, tante, dan sepupunya memotivasi, mendorong dengan membantu menciptakan resep. "jadi, kami bagi tugas. mereka yang membuat kue, saya yang urus dan keuangannya," ujarnya.
Setelah mulai laku jualannya, Jodi hunting resep baru.
Berbekal tekad dan semangat itu pula, usaha kue keringnya bisa eksis sepanjang masa dengan omzet ratusan juta per bulan. sebagai wirausahawan sukses, Jodi memang memiliki semangat pantang menyerah dalam membesarkan bisnis kuenya. Jodi juga tak ragu memulai bisnis ini walaupun saat itu minim pengalaman dan tak pernah mengenyam pendidikan tata boga sama sekali
Jodi mengaku tidak begitu berhasil menekuni jenjang pendidikan formal. ia sempat dua kali berhenti sekolah karena memang tidak memiliki keinginan melanjutkan pendidiknnya. "saya sempat mengenyam bangku kuliah di Universitas Widyatama Bandung, lagi-lagi, saya dikeluarkan, " katanya.
Jodi yang kini berusia 27 tahun mulai merintis bisnis tahun 2008. bagi Jodi, bisnis kuliner sudah menjadi bagian dari kehidupannya sehari hari. karena, orangtuanya puluhan tahun sudah menekuni bisnis ini.
Jodi bercerita, mula-mula orangtuanya mencoba peruntungan dengan menjual jahe gajah, tapi bangkrut di tahun 1993. semenjak itu, orangtuanya mencoba berbagi usaha kuliner lainnya, seperti menjajakan gado-gado, molen, hingga roti keliling.
menurut Jodi, bisnis orangtuanya itu hanya jalan di tempat. ia teringat masa kecilnya selalu makan roti setiap hari karena banyaknya roti yang tidak habis terjual.
Kondisi itu membuatnya untuk termotivasi menekuni bisnis yang sama dengan orangtuanya. "pas saya tamat SMA, saya bertekad untuk membuka usaha yang lebih serius lagi," seperti yang disampaikan pria kelahiran 7 Januari 1987 ini.
Tetapi, keinginan itu sempat belum terlaksana lantaran orangtua memaksanya kuliah di sekolah tinggi pariwisata di Bandung Jurusan patiseri. Hanya beberapa bulan, Jodi dikeluarkan dari sekolahnya. "karena saya tidak memiliki minat di bidang itu," ujarnya.
Setelah berhenti kuliah, Jodi hanya membantu mengelola kafe milik keluarga dengan nama Bober Cafe. Setelah di tahun 2008, Ia memulai usaha bisnis kue kering walaupun saat itu, ia sama sekali tidak bisa membuat kue kering.
Untungnya orangtua, tante, dan sepupunya memotivasi, mendorong dengan membantu menciptakan resep. "jadi, kami bagi tugas. mereka yang membuat kue, saya yang urus dan keuangannya," ujarnya.
Setelah mulai laku jualannya, Jodi hunting resep baru.
Ataskeberhasilannya itu, sekarang ia punya pabrik pembuatan kue di Bojong Koneng, Bandung, dengan 1.000 karyawan.
Untuk kue kering saja, kapasitas produksinya dalam sehari mencapai 6 ton kue atau setara dengan 12.000 stoples. adapun kue yang habis terjual dalam sebulan 1,5 juta stoples.
Biasanya, usaha kue kering identik dengan usaha rumahan yang hanya marak ketika menyambut momentum tertentu, seperti lebaran. namun, tidak demikian dengan Jodi.
jadilah, Jodi hanya belajar dari pengalaman orangtuanya yang sudah puluhan tahun menekuni bisnis kuliner. "itulah yang menjadi modal utama saya di bisnis ini," katanya.
selain fokus pada kualitas produk, jodi juga pintar membangun relasi. makanya, saat awal merintis bisnis, banyak temannya yang mau menjadi investor untuk menambah modal usahanya. "kami saling percaya saja dan serius menjalani usaha," kata dia.
dari modal usaha yang berhasil dikumpulkannya, ia lalu mengakuisisi dua industri rumahan kue di bojong koneng, Bandung, tak jauh dari tempat tinggal orangtuanya.
dua industri rumahan itu adalah ina cookies dan j&c cookies. setelah diakuisisi, kedua industri rumahan itu dilebur dalam satu bendera usaha miliknya, yakni PT Bonli Cipta Sejahtera.
Jodi juga merekrut masyarakat sekitar pabriknya yang memang tidak memiliki pekerjaan. awal mula merintis bisnis, Jodi memutar otak agar kuenya bisa dikenal masyarakat dan bukan hanya dinikmati saat lebaran saja. untuk memperkuat branding, ia lalu aktif mengikuti pameran kue dan roti di daerah-daerah.
Jodi juga gencar melakukan promosi lewat internet. "pembelian bisa dilakukan lewat net dan dikirim melalui ekspedisi," katanya.
Dari segi rasa, jodi menjamin kue kering buatannya dibuat tanpa bahan pengawet dan bisa tahan sampai tiga minggu. dari segi citarasa juga dijamin enak.
Saat ini, ia memiliki lima merek kue kering. sebanyak dua brand khusus membidik segmen top rate. kendati demikian, bukan berarti kue-kue untuk masyarakat menengah bawah memiliki citarasa kurang enak. "semua produk rasanya beda-beda," ujarnya.
Namun, khusus merek Valya dan La Difa, kemasannya harus dibuat lebih menarik, harus cantik dan kelihatan wah sehingga kalau dijadikan kado lebih menarik
Untuk kue kering saja, kapasitas produksinya dalam sehari mencapai 6 ton kue atau setara dengan 12.000 stoples. adapun kue yang habis terjual dalam sebulan 1,5 juta stoples.
Biasanya, usaha kue kering identik dengan usaha rumahan yang hanya marak ketika menyambut momentum tertentu, seperti lebaran. namun, tidak demikian dengan Jodi.
jadilah, Jodi hanya belajar dari pengalaman orangtuanya yang sudah puluhan tahun menekuni bisnis kuliner. "itulah yang menjadi modal utama saya di bisnis ini," katanya.
selain fokus pada kualitas produk, jodi juga pintar membangun relasi. makanya, saat awal merintis bisnis, banyak temannya yang mau menjadi investor untuk menambah modal usahanya. "kami saling percaya saja dan serius menjalani usaha," kata dia.
dari modal usaha yang berhasil dikumpulkannya, ia lalu mengakuisisi dua industri rumahan kue di bojong koneng, Bandung, tak jauh dari tempat tinggal orangtuanya.
dua industri rumahan itu adalah ina cookies dan j&c cookies. setelah diakuisisi, kedua industri rumahan itu dilebur dalam satu bendera usaha miliknya, yakni PT Bonli Cipta Sejahtera.
Jodi juga merekrut masyarakat sekitar pabriknya yang memang tidak memiliki pekerjaan. awal mula merintis bisnis, Jodi memutar otak agar kuenya bisa dikenal masyarakat dan bukan hanya dinikmati saat lebaran saja. untuk memperkuat branding, ia lalu aktif mengikuti pameran kue dan roti di daerah-daerah.
Jodi juga gencar melakukan promosi lewat internet. "pembelian bisa dilakukan lewat net dan dikirim melalui ekspedisi," katanya.
Dari segi rasa, jodi menjamin kue kering buatannya dibuat tanpa bahan pengawet dan bisa tahan sampai tiga minggu. dari segi citarasa juga dijamin enak.
Saat ini, ia memiliki lima merek kue kering. sebanyak dua brand khusus membidik segmen top rate. kendati demikian, bukan berarti kue-kue untuk masyarakat menengah bawah memiliki citarasa kurang enak. "semua produk rasanya beda-beda," ujarnya.
Namun, khusus merek Valya dan La Difa, kemasannya harus dibuat lebih menarik, harus cantik dan kelihatan wah sehingga kalau dijadikan kado lebih menarik
Advertisement