Kerajinan kerang simping indonesia tengah digemari masyarakat, termasuk pecinta kerajinan asal mancanegara. Keliru satu yang relatif dikenal dan tengah terkenal adalah kerajinan kerang simping asal Cirebon. Adalah Nur Handiah, bersama suaminya, Jaime Taguba, yang berkebangsaan Filipina, yg mempopulerkan kerajinan ini.
Pasangan ini tadinya hanya mengekspor bahan baku kerang simping ke Filipina lalu berubah menjadi pengekspor kerajinan kerang simping ke mancanegara yaitu ke Eropa.
“aku belajar menjadi pengrajin kerang simping sekaligus menjadi pengusaha kerajinan ini asal jaime taguba serta istrinya,” kata maskuri, pengusaha kerajinan kerang yang ditemui di sebuah pameran pada Jakarta.
Dalam pameran tersebut, Maskuri, termasuk yang mampu menjual produknya sepertii helm, aksesoris tempat tinggal tangga , lampu hias. Bahkan, sampai hari terakhir pameran, masih banyak pembeli yang datang ke stand-nya. “nilai transaksi tidak mengecewakan,” kata maskuri, menggunakan wajah sumringah.
Lelaki 50 tahun ini mengaku beruntung menemukan usaha kerajinan kerang, sebab sebelumnya keahliannya adalah kerajinan meubel. “awalnya saya adalah pengrajin sekaligus pengusaha kerajinan kayu, khususnya meubel. Jadi produk meubel yg aku kerjakan telah ditampung perusahaan meubel,” ujarnya.
Tetapi, perjalanan bisnis kerajinan meubel ini, kata Maskuri, tidak mulus. Terdapat berbagai masalah serta tekanan pihak perusahaan tempatnya mensuplai produk. Dia pun semakin tidak nyaman bekerja. “hingga suatu waktu saya berjalan-jalan di pantai—kebetulan tempat tinggal saya tak jauh dari pesisir— dan melihat banyak tumpukan sampah kerang yang mengotori lingkungan. Saya kemudian terpikir, apakah mampu mengusahakan limbah kerang simping itu jadi kerajinan? Jadi, waktu itu aku belum memahami mau diapakan kerang simping itu,” celoteh Maskuri.
Pasangan ini tadinya hanya mengekspor bahan baku kerang simping ke Filipina lalu berubah menjadi pengekspor kerajinan kerang simping ke mancanegara yaitu ke Eropa.
“aku belajar menjadi pengrajin kerang simping sekaligus menjadi pengusaha kerajinan ini asal jaime taguba serta istrinya,” kata maskuri, pengusaha kerajinan kerang yang ditemui di sebuah pameran pada Jakarta.
Dalam pameran tersebut, Maskuri, termasuk yang mampu menjual produknya sepertii helm, aksesoris tempat tinggal tangga , lampu hias. Bahkan, sampai hari terakhir pameran, masih banyak pembeli yang datang ke stand-nya. “nilai transaksi tidak mengecewakan,” kata maskuri, menggunakan wajah sumringah.
Lelaki 50 tahun ini mengaku beruntung menemukan usaha kerajinan kerang, sebab sebelumnya keahliannya adalah kerajinan meubel. “awalnya saya adalah pengrajin sekaligus pengusaha kerajinan kayu, khususnya meubel. Jadi produk meubel yg aku kerjakan telah ditampung perusahaan meubel,” ujarnya.
Tetapi, perjalanan bisnis kerajinan meubel ini, kata Maskuri, tidak mulus. Terdapat berbagai masalah serta tekanan pihak perusahaan tempatnya mensuplai produk. Dia pun semakin tidak nyaman bekerja. “hingga suatu waktu saya berjalan-jalan di pantai—kebetulan tempat tinggal saya tak jauh dari pesisir— dan melihat banyak tumpukan sampah kerang yang mengotori lingkungan. Saya kemudian terpikir, apakah mampu mengusahakan limbah kerang simping itu jadi kerajinan? Jadi, waktu itu aku belum memahami mau diapakan kerang simping itu,” celoteh Maskuri.
Diakui Maskuri, dia sama sekali tak memahami wacana kerang-kerangan. Dia punya semangat tinggi buat memahami bagaimana sampah kerang menjadi sesuatu yang bermanfaat serta memiliki nilai.
Karena telah terbiasa berkreasi dengan kayu, dibenaknya telah ada aneka macam macam inspirasi. Namun, belum memahami cara mengolah kerang jadi bahan baku kerajinan.
“saya kesana kemari cari berita, aku cari guru buat belajar kerajinan kerang. Hingga akhirnya saya bertemu Jaime Taguba dan istrinya. Saya belajar dari mereka bagaimana caranya membuat bahan baku kerajinan kerang. Jaime orang Filipina, dialah pemilik perusahaan Shell Craft. Produknya bukan hanya disukai di dalam negeri tetapi juga telah diekspor ke Eropa dan Amerika,” papar Maskuri.
Jadi, beliau memulai usaha kerajinan ini semenjak 2007 atau 10 tahun lalu dengan modal lebih kurang 10 juta. ‘modalnya memang tidak banyak,” ujar Maskuri yang sekarang omzetnya telah mencapai puluhan juta. Gebrakan pertama, terjadi di awal bisnis saat ia mendapat order 1.000 pieces lebih buat lampu hias.
“menjadi pemula, order pertama , yakni pesanan 1.000 lebih lampu hias. Entah kenapa, usaha ini dilancarkan. Selesainya belajar, serta melakukan berbagai percobaan sebagai akibatnya menemukan formula yang pas buat mengolah kerang menjadi bahan baku. Aku pun membuat sampel kerajinan kerang kemudian masukkan ke perusahaan,” tuturnya.
Ternyata, sampel yang diajukan langsung disetujui perusahaan tadi yg kemudian mengordernya 1.000 lampu hias. “waktu itu desainnya suka sekali. Aku kan pemula, jadi bisa order sebanyak itu ‘bukan main’. Ini pula sekaligus makin memotivasi aku buat terus menekuni bisnis ini,” celoteh Maskuri.
Selain mendapatkan permintaan desain dari customer, dia juga membentuk ciptaan sendiri. “yang sempurna, jika membuat produk sesuai permintaan customer, harganya berlipat-lipat dari umumnya. Tergantung modelnya dan taraf kesulitannya. Juga pesanan minimal 10 pieces,” ujar Maskuri, yang menjual lampu hiasnya berasal harga Rp 400.000 sampai jutaan rupiah.
Keahliannya dibidang meubel, ternyata sangat membantu sekali dalam kreativitas produk. Beliau mengkombinasikan kerajinan kayu dan kerang menjadi suatu produk yang menarik. “ilham desain berasal banyak sumber, dari teman, atau melihat sesuatu, atau dari internet serta majalah,” pungkasnya.
Selama tujuh tahun berbisnis, semuanya cukup berjalan lancar. Yang namanya bisnis, tentu ada masalahnya. Tinggal bagaimana cara menghandle-nya. Disisi lain, dirinya juga hobi kerajinan, yang menghasilkan selalu optimis waktu berhadapan dengan persoalan. ‘tidak ada problem yg tidak ada solusinya.,” ucapnya konfiden.
Kadang masalah yang muncul stok barang menipis sementara pesanan yg datang berlimpah. Dilema itu, kerap kali dialaminya. Dulu, dia belum mengerti bagaimana mengantisipasi problem tersebut. Maklum beliau pemain baru dibidang ini.
“pernah satu saat saya bisa banyak orderan, tapi kekurangan bahan baku. Saya cari ke pengepul, ternyata pada pengepul pula kosong. Akhirnya, aku beli bahan standar dari orang, sesama pengusaha, akan tetapi harganya jauh lebih tinggi. Ya apa boleh buat, mau-tidak mau harus beli, karena aku sudah terima order,” paparnya.
Pengalaman berharga itu sebagai pengalaman bagi dirinya. Dari situ ia memahami bahwa kerang simping tak selalu terdapat pada pengepul. Bahwa, kerang simping ada musimnya. “memang laut luas, tapi tidak selalu menghasilkan kerang simping. Jadi ada trend-musimnya,” ungkap Maskuri.
Dari sana, jua terlintas dalam pikirannya buat menyetok sebanyak-banyaknya kerang simping. Dengan memiliki stok yg banyak, bukan saja mengamankan bisnisnya yg bisa terus berkarya tanpa khawatir kehabisan bahan standar, juga bisa menjadi investasi alias dijual dengan harga tinggi kepada yg membutuhkan.
“semenjak itu, aku mulai belajar buat menyetok bahan baku. Walaupun tidak terdapat order banyak, akan tetapi saya permanen membeli bahan baku banyak buat stok. Apalagi menyetok kerang tidak khawatir kerang jadi rusak, bau, dll. Jadi punya banyak bahan standar menguntungkan sebab keberadaan simping terdapat musimnya. Jadi selain buat keperluan bisnis kerajinan, stok pula mampu saya ‘mainkan’ (jual) sebagaimana halnya pengepul,” kata Maskuri seraya menambahkan usaha kerajinan kerang simping mempunyai prospek cerah.
“buyer asal luar negeri banyak yang mencari kerajinan kerang dari indonesia . Nah kita menjadi pengrajin, selain wajib konsisten menjaga mutu, jua wajib kreatif dan inovatif, antara lain soal desain.
“aku yakin, usaha kerajinan kerang Indonesia punya masa depan cerah sebab peminatnya terus meningkat . Yg krusial adalah harus konsisten menggunakan mutu, pula kreasi serta inovasi,” kata maskuri.
Advertisement