Averiana Barus, Sukses Menjual Uis Karo Melalui Rumah Uis Sebagai Wanita Inspiratif 2017

Averiana Barus, Sukses Menjual Uis Karo Melalui Rumah Uis Sebagai Wanita Inspiratif 2017

Trendingusaha | Gadis Karo ini semula tak kepikiran kain yang biasa ia kenakan tampil, bisa ia jual dan kenalkan ke banyak orang. Uis Karo atau kain ulos tenun khas Karo, kerap ia sematkan di pakaian yang ia kenakan saat manggung bernyanyi atau nge-MC acara.
Averiana Barus, memang menggeluti hobinya menyanyi, tapi ternyata siapa sangka sejak tahun 2014 lalu ia malah menggeluti dunia craft berbahan uis Karo.
Ide awalnya saya cuma bertanya-tanya uis Karo tak sepopuler ulos Batak Toba. Saya pun sering mengenakan kain ini untuk kebutuhan fashion ketika manggung. Tapi ide untuk mulai mempopulerkan uis Karo, muncul ga sengaja, waktu dapat tugas kuliah magister saya, magister komunikasi. Waktu itu dapat tugas bikin maket komunikasi bisnis. Dan saya bikin produk dari uis. Jadi ga cuma makalah, tapi saya juga bikin real produk dan langkah-langkah pemasarannya," jelas gadis berlesung pipi yang akrab disapa Ave.

 Lewat tugas itu pula Ave membuat aneka produk turunan dari uis Karo. Mulai dari kalung, gelang, dompet dan tas. Ia bahkan membuat akun sosial media dari produk-produk yang ia buat sendiri. "Setelah tugas, akun sosmed tetep ada, eh ga sangka ada yang nanya nanya harga, cocok malah akhirnya saya jual beneran," jelas anak bungsu dari empat bersaudara ini.

Berawal dari tugas kuliahnya kini malah jadi peluang bisnis yang menghasilkan. Apalagi, Ave jadi pelopor produk-produk berbahan uis Karo.Dan produknya pun kian diminati. Bukan cuma gelang, kalung, clutch dan tas, Ave juga mulai mengenalkan ragam uis Karo lewat busana-busana dress yang ia desain sendiri bersama timnya.

Dari sinilah akhirnya Averiana Barus ingin me­ngangkat keberadaan kain Karo hingga ke pasar dunia, sebuah galeri yang dia namakan Rumah Uis pun akhirnya hadir di Jl. Jamin Ginting, km 8 Padang Bulan Kota Medan. Kehadiran Rumah Uis ini bertujuan untuk mengangkat kelas kain Karo agar lebih elegan dan glowing.
“Selama ini uis hanya bisa diperoleh di pajak-pajak. Mahal pun harga sebuah uis justru tak terlihat mahal, karena untuk mendapatkannya, harus mendatangi pajak (sebutan untuk pasar tradisional di kota Medan) yang maaf, mungkin becek dan kotor,” katanya.

Padahal diungkapkannya, uis bukan ulos. Bahkan tanpa bermasksud mem­ban­­dingkan uis dan ulos, Ave menye­but­kan harga satu uis bisa mencapai jutaan. Sedangkan ulos, dewasa ini sudah diproduksi oleh mesin.
“Uis diproduksi dengan cara ditenun, ini lah yang membuat harganya bernilai ‘selangit’,” sahutnya.

Tatkala uis hanya ditampilkan dalam acara pernikahan dan kematian, Ave berupaya mengkreasikan uis dalam beragam produk. Sebutlah busana pesta, dalam bentuk gaun mini pun gaun panjang, dia juga mengkreasikan uis dalam bentuk tas, dompet, hingga aksesoris berupa kalung dan gelang.
“Galeri ini lah nantinya menjadi wadah dari hasil kreativitas para penenun kami. Meskipun bukan hanya uis saja yang dihadirkan, namun segala produk tenun, batik karo, logam atau sertali, juga handycraft. Artinya bukan hanya produk dari Karo semata,” bebernya.

Menariknya untuk menghasilkan karya-karya yang dinamis dan elegan, Ave menggandeng sebanyak 30 pene­nun yang berada di Simalungun. Hampir semuanya adalah perempuan. Khusus untuk penenun yang tinggal permanen di galerinya, Ave menggandeng tujuh pe­nenun. Diakuinya polemik tentang pene­nun asal Simalungun ini sempat menyurutkan semangatnya, namun sisi lain, dia bilang, ada puluhan orang yang makan dari uis, jadi bukankah ini merupakan hal yang berkah bagi semua orang.

“Paling tidak orang yang tidak tahu menjadi tahu, orang yang telah tahu semakin tahu, bahwa kita memiliki kekayaan budaya yang luar biasa,” ungkap perempuan berambut panjang ini.
Banyak pelanggan yang menikmati setiap produk yang dipajang. Bera­gam uis pun Ave jejerkan dengan corak dan motif yang beragam. Warna terang yang muncul dari garis-garis detil motif kain itu menghasilkan warna kontras. Menurutnya warna ini menjadi pertanda kebahagiaan. Selain memajang uis yang masih berupa kain asli, Ave juga me­majang beberapa produk hasil krea­sinya. Persis yang dia sebutkan di atas tadi, seperti tas, dompet, aksesoris; ge­lang dan kalung. Salah satu pe­ngunjung mengaku sangat bangga, sebagai anak Karo dia senang sekali dengan kehadiran Rumah Uis. Apalagi hasil produksi yang dihadirkan di galeri ini beragam jenisnya.
“Aku senang karena produknya juga menyentuh sisi kekinian zaman seka­rang. Mulai dari tas, dompetnya juga disesuaikan dengan trend zaman. Artinya semula aku tidak percaya ini dibuat dari uis, karena muatan etnicnya sangat elegan,” aku Linda (26), sembari tersenyum.
Diakui Ave, produk-produk lokal di daerah Indonesia, tak kalah dari produk asal luar negeri. Hanya saja katanya, pengusaha lokal terkendala dengan ongkos pemasaran. Namun syukurnya, sekarang itu tak lagi menjadi kendala utama, karena memanfaatkan jaringan sosial media, setiap pelaku usaha sudah bisa memasarkan produknya.
“Kedepannya, saya juga berencana untuk membuat mural dan coffea shop di sini, jadi Rumah Uis bukan sekadar tempat transasksi jual beli kain, namun juga sebagai wadah untuk berdiskusi tentang kekayaan budaya di Sumatera Utara, paling penting tentang uis,” pungkasnya.

Akhirnya  atas keberhasilannya memajukan Uis Karo, Tabloid NOVA mengapresiasi dengan memberikan penghargaan salah satu wanita Inspiratif 2017 karena telah mempertahankan budaya tradisional Karo, yakni kain tenun atau uis. Acara yang digelar Tabloid Nova setiap tahun tersebut bertujuan untuk mengapresiasi para perempuan inspiratif sehingga dapat menginspirasi lebih banyak perempuan di Indonesia.
–– ADVERTISEMENT ––
 
 BACA JUGA : Laris Manis Ucok Durian Selama Pesta Kahiyang - Bobby, Omzetnya Bikin Ngiler
Advertisement

Baca juga:

------------- READ NEXT -------------