Trendingusaha | Gadis Karo ini semula tak kepikiran kain yang biasa ia kenakan
tampil, bisa ia jual dan kenalkan ke banyak orang. Uis Karo atau kain
ulos tenun khas Karo, kerap ia sematkan di pakaian yang ia kenakan saat
manggung bernyanyi atau nge-MC acara.
Averiana Barus, memang
menggeluti hobinya menyanyi, tapi ternyata siapa sangka sejak tahun 2014
lalu ia malah menggeluti dunia craft berbahan uis Karo.
Ide awalnya
saya cuma bertanya-tanya uis Karo tak sepopuler ulos Batak Toba. Saya
pun sering mengenakan kain ini untuk kebutuhan fashion ketika manggung. Tapi
ide untuk mulai mempopulerkan uis Karo, muncul ga sengaja, waktu dapat
tugas kuliah magister saya, magister komunikasi. Waktu itu dapat tugas
bikin maket komunikasi bisnis. Dan saya bikin produk dari uis.
Jadi ga cuma makalah, tapi saya juga bikin real produk dan
langkah-langkah pemasarannya," jelas gadis berlesung pipi yang akrab
disapa Ave.
Lewat tugas itu pula Ave membuat aneka produk turunan
dari uis Karo. Mulai dari kalung, gelang, dompet dan tas. Ia bahkan
membuat akun sosial media dari produk-produk yang ia buat sendiri.
"Setelah tugas, akun sosmed tetep ada, eh ga sangka ada yang nanya nanya
harga, cocok malah akhirnya saya jual beneran," jelas anak bungsu dari
empat bersaudara ini.
Berawal dari tugas kuliahnya kini malah jadi peluang bisnis yang menghasilkan. Apalagi, Ave jadi pelopor produk-produk berbahan uis Karo.Dan produknya pun kian diminati. Bukan cuma gelang, kalung, clutch dan tas, Ave juga mulai mengenalkan ragam uis Karo lewat busana-busana dress yang ia desain sendiri bersama timnya.
Berawal dari tugas kuliahnya kini malah jadi peluang bisnis yang menghasilkan. Apalagi, Ave jadi pelopor produk-produk berbahan uis Karo.Dan produknya pun kian diminati. Bukan cuma gelang, kalung, clutch dan tas, Ave juga mulai mengenalkan ragam uis Karo lewat busana-busana dress yang ia desain sendiri bersama timnya.
Dari sinilah akhirnya Averiana
Barus ingin mengangkat keberadaan kain Karo hingga ke pasar dunia,
sebuah galeri yang dia namakan Rumah Uis pun akhirnya hadir di Jl. Jamin Ginting, km 8 Padang Bulan Kota
Medan. Kehadiran Rumah Uis ini bertujuan untuk mengangkat kelas kain Karo agar
lebih elegan dan glowing.
“Selama ini uis hanya bisa diperoleh di pajak-pajak. Mahal pun harga
sebuah uis justru tak terlihat mahal, karena untuk mendapatkannya, harus
mendatangi pajak (sebutan untuk pasar tradisional di kota Medan) yang maaf, mungkin becek dan kotor,” katanya.
Padahal diungkapkannya, uis bukan ulos. Bahkan tanpa bermasksud
membandingkan uis dan ulos, Ave menyebutkan harga satu uis bisa
mencapai jutaan. Sedangkan ulos, dewasa ini sudah diproduksi oleh mesin.
“Uis diproduksi dengan cara ditenun, ini lah yang membuat harganya bernilai ‘selangit’,” sahutnya.
Tatkala uis hanya ditampilkan dalam acara pernikahan dan kematian,
Ave berupaya mengkreasikan uis dalam beragam produk. Sebutlah busana
pesta, dalam bentuk gaun mini pun gaun panjang, dia juga mengkreasikan
uis dalam bentuk tas, dompet, hingga aksesoris berupa kalung dan gelang.
“Galeri ini lah nantinya menjadi wadah dari hasil kreativitas para
penenun kami. Meskipun bukan hanya uis saja yang dihadirkan, namun
segala produk tenun, batik karo, logam atau sertali, juga handycraft.
Artinya bukan hanya produk dari Karo semata,” bebernya.
Menariknya untuk menghasilkan karya-karya yang dinamis dan elegan,
Ave menggandeng sebanyak 30 penenun yang berada di Simalungun. Hampir
semuanya adalah perempuan. Khusus untuk penenun yang tinggal permanen di
galerinya, Ave menggandeng tujuh penenun. Diakuinya polemik tentang
penenun asal Simalungun ini sempat menyurutkan semangatnya, namun sisi
lain, dia bilang, ada puluhan orang yang makan dari uis, jadi bukankah
ini merupakan hal yang berkah bagi semua orang.
“Paling tidak orang yang tidak tahu menjadi tahu, orang yang telah
tahu semakin tahu, bahwa kita memiliki kekayaan budaya yang luar biasa,”
ungkap perempuan berambut panjang ini.
Banyak pelanggan yang menikmati setiap produk yang dipajang. Beragam uis pun Ave jejerkan
dengan corak dan motif yang beragam. Warna terang yang muncul dari
garis-garis detil motif kain itu menghasilkan warna kontras. Menurutnya
warna ini menjadi pertanda kebahagiaan. Selain memajang uis yang masih
berupa kain asli, Ave juga memajang beberapa produk hasil kreasinya.
Persis yang dia sebutkan di atas tadi, seperti tas, dompet, aksesoris;
gelang dan kalung. Salah satu pengunjung mengaku sangat bangga,
sebagai anak Karo dia senang sekali dengan kehadiran Rumah Uis. Apalagi
hasil produksi yang dihadirkan di galeri ini beragam jenisnya.
“Aku senang karena produknya juga menyentuh sisi kekinian zaman
sekarang. Mulai dari tas, dompetnya juga disesuaikan dengan trend
zaman. Artinya semula aku tidak percaya ini dibuat dari uis, karena
muatan etnicnya sangat elegan,” aku Linda (26), sembari tersenyum.
Diakui Ave, produk-produk lokal di daerah Indonesia, tak kalah dari
produk asal luar negeri. Hanya saja katanya, pengusaha lokal terkendala
dengan ongkos pemasaran. Namun syukurnya, sekarang itu tak lagi menjadi
kendala utama, karena memanfaatkan jaringan sosial media, setiap pelaku
usaha sudah bisa memasarkan produknya.
“Kedepannya, saya juga berencana untuk membuat mural dan coffea shop
di sini, jadi Rumah Uis bukan sekadar tempat transasksi jual beli kain,
namun juga sebagai wadah untuk berdiskusi tentang kekayaan budaya di
Sumatera Utara, paling penting tentang uis,” pungkasnya.
Akhirnya atas keberhasilannya memajukan Uis Karo, Tabloid NOVA mengapresiasi dengan memberikan penghargaan salah satu wanita Inspiratif 2017 karena telah mempertahankan budaya tradisional Karo, yakni kain tenun atau uis. Acara yang digelar Tabloid Nova setiap tahun tersebut bertujuan untuk mengapresiasi para perempuan inspiratif sehingga dapat menginspirasi lebih banyak perempuan di Indonesia.
Akhirnya atas keberhasilannya memajukan Uis Karo, Tabloid NOVA mengapresiasi dengan memberikan penghargaan salah satu wanita Inspiratif 2017 karena telah mempertahankan budaya tradisional Karo, yakni kain tenun atau uis. Acara yang digelar Tabloid Nova setiap tahun tersebut bertujuan untuk mengapresiasi para perempuan inspiratif sehingga dapat menginspirasi lebih banyak perempuan di Indonesia.
–– ADVERTISEMENT ––
Advertisement